A.
Ciri-ciri
masa remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja
terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa
perubahan yang terjadi selama masa remaja. Masa remaja mempunyai
cirri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode
yang lebih penting dari pada beberapa periode sebelum dean sesudahnya.
Cirri-ciri tersebut akan diterangkan di bawah ini.
a.
Masa
remaja sebagai periode yang penting
Sebenarnya semua
periode dalam rentang kehidupan itu adalah penting, namun skala kepentingannya
berbeda-beda. Pada periode remaja, baik akiabat langsung maupun akibat jangka
panjang tetap penting karena akibat fisik dan ada lagi akibat psikologis.
1.Perkembangan Fisik Pada Remaja
Perubahan yang paling dirasakan oleh
remaja pertama kali adalah perubahan fisik. Terjadi pubertas yaitu proses
perubahan yang bertahap dalam internal dan eksternal tubuh anak-anak menjadi
dewasa. Perubahan hormon termasuk hormone seksual membuat remaja menjadi tidak
nyaman dengan dirinya dan juga sekaligus jadi sering terlalu fokus pada kondisi
fisiknya. Misalnya : remaja jadi sering berkaca hanya untuk melihat jerawat
atau poninya, jadi terlalu resah dengan bentuk tubuhnya, dan sebagainya.
2.Perkembangan
Psikologi Remaja
Pada umumnya
remaja didefinisikan sebagai masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa
yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Setiap tahap perkembangan manusia
biasanya dibarengi dengan berbagai tuntutan psikologis yang harus dipenuhi,
demikian pula pada masa remaja. Sebagian besar pakar psikologi setuju, bahwa
jika berbagai tuntutan psikologis yang muncul pada tahap perkembangan manusia
tidak berhasil dipenuhi, maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat
menghambat kematangan psikologisnya di tahap-tahap yang lebih lanjut.
b.
Masa remaja sebagai masa periode
peraliahan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari
apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peraliahn dari
satu tahap ke perkembangan ke tahap berikunya. Artinya, apa yang telah terjadi
sebelumnya akan meningalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan masa
yang akan datang. Bila anak-anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
menurut Santrock (1999) diketahui bahwa dewasa muda
sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa
ini, seorang individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik),
tetapi sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa
(maturity). la tidak lagi diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi
sebagaimana layaknya seperti orang dewasa lain-nya. Penampilan fisiknya
benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa
lainnya, misalnya bekerja, menikah, dan mempunyai anak. la dapat bertindak
secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk
keluarganya). Segala tindakannya sudah dapat di-kenakan aturan-aturan hukum
yang berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya akan
memperoleh sanksi hukum (misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau perdata).
Dalam setiap
periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan
peran yang harus di lakukan.
c.
Masa
remaja sebagai masa periode perubahan
Tingkat
perubahan dalam sikap dan perilaku selalam masa remaja sejajar dengan tingkat
perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan
pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan
fisik menurun maka perubahan sikap prilaku menurun juga.
Ada
empat perubahan yang sama yang hampir bersifat unifersal :
1. Meningginya
emosi, yang intensitasnyabergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis
yang terjadi. Karena perubahan emosi biasanya terjadi lebih cepat selama awal
remaja, maka meningginya emosi lebih menonjol pada masa awal periode akhir masa
remaja.
2. Perubahan
tubuh, minat dan peran yang di harapkan oleh kelompok social untuk di pesankan,
menimbulkan masalah baru. Bagi remaja muda masalah baru yang timbul tampaknya
lebih banyak dan lebih sulit diselasaikan di bandingkan masalah yang di hadapi
sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai ia sendiri
menyelesaikan menurut kepuasannya.
3. Dengan
berubahnya minat dan pola prilaku, maka nilai-niali juga berubah. Apa yang pada
masa kanak-kanak dianggap penting, sekarang setelah hampir dewasa tidak penting
lagi. Misalnya, sebagian besar tremaja tidak lagi menganggap bahwa banyaknya
teman merupakan petunjuk populiritas yang lebih penting dari pada sifat-sifat
yang dikagumi dan dihargai oleh teman-teman sebaya. Sekarang mereka mengeti
bahwa kualitas lebih penting dari kuantitas.
4. Sebagian
besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka manginginkan
dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan
akibatnyadan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab
tersebut.
d.
Masa
remaja sebagai masa usia bermasalah
Setiap priode
mempunyai masalahnya sendiri-sendir, namun masalah masa remaja sering menjadi
masalah yang sulit di atasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan.
Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu :
1. Sepanjang
masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagia di selesaikan oleh orang tua dan
guru-guru, sehingga kebanyakkan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi
masalah.
2. Karena
para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri,
menolak bantuan orang tua dan guru-garu.
Karena ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri
masalahnya menurut cara yang mereka yakini;, banyak remaja akhirnya menemukan
bahwa penyeleseannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.
e.
Masa
remaja sebagai masa mencari identitas
Sepanjang usia
geng pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan standar adalah lebih
jauh penting bagi anak yang lebih besar dari pada individualitas. Seperti telah
di tunjukkan, dalam hal pakaian, berbicara dan prilaku yang lebih besar yang
ingin cepat seperti teman-teman gengnya. Tiap penyimpangan dari standar
kelompok dapat mengancam keanggotaannya dalam kelompok.
Pada tahun-tahun
awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak
laki-laki maupun perempuan. Lambat laun mulai mendambakan identitas diri dan
tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal,
seperti sebelumnya.
Tetapi ststus
remaja yang mendua dalam kebudayaan amerika saat ini menimbulkan suatu dilemma
yang menyebabkan “krisis identitas” atau masalh identitas-ego pada remaja.
Seperti dijelaskan erikson (42).
“identitas
diri yang remaja berapa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya
dalam masyarakat, apakah ia seorang anak atau seoarang dewasa? Apakah nantinya
ia dapat menjadi seseorang suami atau ayah? ….. apakah ia mampu persaya diri
sekalipun latar belakang ras atau agama tau nasionalnya membuat beberapa orang
merendahkannya? Secara keseluruhan, apakah ia akan berhasil atau akan gagal?”
Erikson
selanjutnya menjelaskan bagaimana pencariaan identitas ini mempengaruhi prilaku
remaja (42).
“dalam usaha mencari perasaan kesinambungan
dan kesamaan yang baru, para remaj harus memperjuangkan kembali perjuangan
tahu-tahun lalu, meskipun untuk melakukannya mereka harus menunjuk secara
artificial orang-orang yang baik untuk berperan sebagai musuh ;dan mereka
selalu siap untuk menempatkan idola dan ideal mereka sebagai pemimbing dalam
mencapai identitas akhir. Identifikasi yang sekarang erjadi dalam bentuk
identitas ego adalah lebih dari sekedar penjumlahan idenidentifikasi masa
kanak-kanak.
f.
Masa
remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Angapan
setiap budaya bahwa masa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak
dapat di percaya dan cenderung merusak dan berprilaku merusak, menyebabkan
orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja mudah takut
bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang
normal.
g.
Masa
remaja sebagai masa yang tidak realistic
Remaja cenderung
memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya
sendiri daan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana
adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita realistic ini, tidak hanya bagi
dirinya sendiri tapi bagi keluarganya dan teman-temannya, menyebabkan
meningginya emosi yang merupakan cirri dari awal masa remaja. Semakin tidak
realistic cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan
kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai
tujuan yang di tetapkan sendiri.
Menjelang
berakhirnya masa reamaja, pada umumnya baik anak laki-laki maupun perempuan
sering terganggu oleh ideallisme yang berlebihan bahwa mereka segera harus melepaskan
kehidupan mereka yang bebas bila telah mencapai status orang dewasa.
h.
Masa
remaja sebagai ambang masa dewasa
Dengan semakin
mendekatkan usia kematangan yang sa, para remaja menjadi gelisah untuk
meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka
sudah hampir ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan
diri pada prilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yaitu merokok,
minum-minuman keras, mengunakan obat-obattan, dan terlibat dalam perbuatan seks.
Mereka menganggab bahwa prilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.