TAK ada yang sebenarnya istimewa dari 21-12-12. Yang mengistimewakannya
mungkin hanya populasi kecil orang yang mengaku anak-cucu Suku Maya di
benua Amerika sana.
Selain cuma dari tiga pasangan angka yang mirip, terdiri dari dua nomor belaka. Bila dicermati menurut perhitungan kalender, maka tak ada kombinasi angka serupa yang dapat mengulangi 21-12-12, atau kalau dibaca: 21 Desember 2012. Sebab bulan Masehi hanya 12 buah saja. Jadi, memang tak ada kombinasi 31-13-13. Tapi, sebenarnya, tak pula akan terulang, misalnya 5-6-78 (5 Juni 1978).
Kemarin selalu tak pernah sama dengan besok. Setiap hari pasti akan berganti. Berjuta alasan tentang waktu mungkin memang cenderung agak mirip dengan lirik lagu.
Lantas, mengapa ada sebagian warga yang resah? Seperti di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, beredar isu dunia akan kiamat pada 12-12-12. Demi menepis keresahan, di sana digelar makan ikan lele bakar bersama. Ada-ada saja!
Isu kiamat itu dinilai menyesatkan. Penilaian itu dikemukakan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amidhan, yang menyangka mungkin ada rekayasa sosial tertentu dengan tujuan meresahkan warga.
Konon, kiamat 21-12-12 berasal dari ramalan Suku Maya. Padahal, sejatinya tak diketahui secara persis kapan suku ini menjadi kiblat dunia. Hanya secuil reruntuhan arkeologi dan fosil mumi yang bisa merekonstruksi bagaimana peradaban Suku Maya pernah ada.
Sebuah sumber menyebutkan, Maya diketahui sebagai peradaban klasik Meso-amerika. Sejarah Maya dimulai di semenanjung Yucatan sekira 2.600 tahun Sebelum Masehi (SM). Kebudayaan mereka berkembang pesat sampai tahun 250 Masehi di seantero kawasan yang kini dikenal sebagai Meksiko Selatan, Guatemala, Honduras Barat, El Salvador, dan Belize Utara di selatan benua Amerika.
Khususnya di Indonesia, khasanah yang diwarisi dari nenek moyang proto-Amerika tersebut berupa sepatah kata majemuk, yakni “dunia maya” sebagai padanan “cyberworld” dalam bahasa Inggris. Malah, sesuai dengan hukum D-M (diterangkan-menerangkan) menurut kaidah bahasa kita, maka arti “dunia maya” ternyata belum dibakukan. Hanya acap kali dimaknai sebagai “internet” dan bukan “dunia yang tak nyata”.
Lazimnya ramalan, tiada yang layak dipercaya dari legenda kiamat dalam sejarah purbakala yang ditinggalkan suku yang telah punah lebih dari seribu tahun silam. Yang jelas, kita tak mungkin percaya dengan ramalan. Maka, celakalah nenek moyang yang meramal kiamat 21-12-12, bila ternyata faktanya tidak terjadi, dan ramalan itu tetap tinggal bagai mitos dari berupa sebuah misteri belaka.
Selain cuma dari tiga pasangan angka yang mirip, terdiri dari dua nomor belaka. Bila dicermati menurut perhitungan kalender, maka tak ada kombinasi angka serupa yang dapat mengulangi 21-12-12, atau kalau dibaca: 21 Desember 2012. Sebab bulan Masehi hanya 12 buah saja. Jadi, memang tak ada kombinasi 31-13-13. Tapi, sebenarnya, tak pula akan terulang, misalnya 5-6-78 (5 Juni 1978).
Kemarin selalu tak pernah sama dengan besok. Setiap hari pasti akan berganti. Berjuta alasan tentang waktu mungkin memang cenderung agak mirip dengan lirik lagu.
Lantas, mengapa ada sebagian warga yang resah? Seperti di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, beredar isu dunia akan kiamat pada 12-12-12. Demi menepis keresahan, di sana digelar makan ikan lele bakar bersama. Ada-ada saja!
Isu kiamat itu dinilai menyesatkan. Penilaian itu dikemukakan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amidhan, yang menyangka mungkin ada rekayasa sosial tertentu dengan tujuan meresahkan warga.
Konon, kiamat 21-12-12 berasal dari ramalan Suku Maya. Padahal, sejatinya tak diketahui secara persis kapan suku ini menjadi kiblat dunia. Hanya secuil reruntuhan arkeologi dan fosil mumi yang bisa merekonstruksi bagaimana peradaban Suku Maya pernah ada.
Sebuah sumber menyebutkan, Maya diketahui sebagai peradaban klasik Meso-amerika. Sejarah Maya dimulai di semenanjung Yucatan sekira 2.600 tahun Sebelum Masehi (SM). Kebudayaan mereka berkembang pesat sampai tahun 250 Masehi di seantero kawasan yang kini dikenal sebagai Meksiko Selatan, Guatemala, Honduras Barat, El Salvador, dan Belize Utara di selatan benua Amerika.
Khususnya di Indonesia, khasanah yang diwarisi dari nenek moyang proto-Amerika tersebut berupa sepatah kata majemuk, yakni “dunia maya” sebagai padanan “cyberworld” dalam bahasa Inggris. Malah, sesuai dengan hukum D-M (diterangkan-menerangkan) menurut kaidah bahasa kita, maka arti “dunia maya” ternyata belum dibakukan. Hanya acap kali dimaknai sebagai “internet” dan bukan “dunia yang tak nyata”.
Lazimnya ramalan, tiada yang layak dipercaya dari legenda kiamat dalam sejarah purbakala yang ditinggalkan suku yang telah punah lebih dari seribu tahun silam. Yang jelas, kita tak mungkin percaya dengan ramalan. Maka, celakalah nenek moyang yang meramal kiamat 21-12-12, bila ternyata faktanya tidak terjadi, dan ramalan itu tetap tinggal bagai mitos dari berupa sebuah misteri belaka.
0 komentar:
Posting Komentar